[GFriendnesia 2nd EVENT BIRTHDAY LINE] Rival

rival-gfnesia

Rival

A friendship, slice-of-life, teen fanfiction.
Made by Gecee & kateejung
Starring: GFriend’s Yerin & Umji
Prompt: “Even though it’s embarrassing, I want to say it’s a miracle.” –Trust (GFriend)

***

Bagi Jung Yerin, adalah anugerah dari Tuhan bila ia dapat terpilih menjadi peran utama wanita dalam drama yang akan ditampilkan oleh sekolahnya di pentas seni lima bulan nanti. Yerin merasa jika peran yang dilakoni oleh si pemeran utama wanita dalam drama itu sangatlah cocok dengan kepribadian aslinya. Oleh karena itu ia sangat berusaha agar dapat terpilih, meskipun itu berarti ia harus bertanding dengan teman seperjuangannya sendiri; Kim Yewon.

Kim Yewon dikenal sebagai sosok gadis ambisius, sama seperti Yerin. Namun yang membedakan keduanya adalah jika apa yang diinginkan tidak tercapai, Yerin berpikir jika mungkin audisi itu bukanlah kesempatan emas yang ditujukan untuk dirinya. Jika Yerin berpikir begitu, Yewon lain lagi. Yewon tidak akan menerima kata kalah terlontarkan untuk dirinya. Bagi Yewon, mendapatkan seruan kalah di dalam audisi lebih buruk daripada mendapati angka lima koma lima tertoreh dengan cantiknya di atas kertas jawaban ulangan Matematika-nya.

Hari ini Guru Kim telah mengumumkan jika casting untuk para pemeran drama akan dimulai pada saat jam sekolah telah berakhir di ruang musik. Itu artinya masih dua jam lagi, pikir Yerin. Ia duduk dengan gelisah, membuat pikirannya tidak dapat menerima presentasi kelompok teman satu kelasnya di saat jam pelajaran Sejarah sedang berlangsung.

“Rin, kamu bawa flashdisk-nya, kan?” tanya Hayoung, pasalnya kelompok Yerin – juga Hayoung – akan maju sebentar lagi. Jika Yerin tidak membawa materi yang akan dipresentasikan, Hayoung bersumpah akan mendorongnya ke dalam Tartarus bersama Percy anaknya Poseidon. Dan sungguh, Dewi Fortuna sedang baik hari ini. Kelompok Yerin dapat mempresentasikan materi dengan sangat baik.

***

Audisi pemeran drama sudah seminggu berjalan, guru pembimbing bilang jika pengumuman akan diberitahukan tak lama lagi. Pelajaran olahraga baru saja usai, Yerin juga telah mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah kembali. Tadinya Yerin ingin segera kembali ke kelas. Aroma dari ramen pedas yang dihasilkan dari kepulan asap mulai merasuki indra penciumannya, membuat perutnya yang sejak pelajaran Kimia beberapa saat yang lalu sudah keroncongan makin bergejolak meminta diisi. Lagipula, ramen memang lebih enak dimakan panas-panas, kan?

Namun niatnya untuk kembali ke kelas surut ketika atensinya teralih oleh suara ribut-ribut dari sisi barat, tepatnya dari dekat papan pengumuman. Kepala Yerin menoleh, lalu mendapati beberapa siswa yang sedang berdesak-desakan meminta ruang untuk melihat pengumuman yang dipajang. Tungkai Yerin berjalan mendekati kerumunan tersebut. Beberapa kali berjinjit agar dapat melongokkan kepala demi melihat isi pengumuman.

Rupanya itu adalah pengumuman hasil seleksi peran untuk drama pentas seni sekolah.

Mendapati nama Kim Yewon pada kolom pemeran utama membuat dwimanik Yerin membulat sesaat, sebelum sesaat kemudian rasa kecewa menghampirinya, membuat hatinya serasa turun hingga ke kaus kakinya. Ia harus cukup puas mendapati namanya ada sebagai teman tokoh utama.

“Hei.”

Suara yang sangat familiar di telinga Yerin membuat gadis Jung itu menoleh, mendapati sosok Yewon yang entah dari mana tahu-tahu muncul di hadapannya dengan tangan terlipat di depan dada. Yewon melirik kertas pengumuman tersebut untuk dua sekon, sebelum menatap obsidian Yerin lurus-lurus. “Kau sudah lihat pengumumannya?”

“Sudah.”

“Kau lihat, kan? Aku dapat pemeran utama. Sudah kubilang waktu itu kalau aku berusaha sekuat tenaga, apa pun yang aku impikan akan menjadi kenyataan.”

Yerin tak tahu apa makna yang tersirat di balik kata-kata Yewon. Hanya saja dari nada suaranya, Yerin menangkap sebuah sindiran – atau mungkin ejekan, penghinaan, entahlah – yang ditujukan untuk dirinya. Hanya saja Yerin tidak sedang dalam mood yang bagus untuk bertengkar, terlebih dengan seseorang yang notabene adalah sahabat dekatnya.

Jadi, gadis Jung itu hanya menyunggingkan senyum tipis. “Chukhahae … “ ucapnya.

Sebelah alis mata Yewon terangkat. “Ucapanmu itu tulus?”

Yerin mengangguk. “Tentu saja!”

Akhirnya, Yewon pun tersenyum – senyum sinis, kalau yang Yerin tangkap. “Baiklah. Terima kasih. Kuharap perasaanmu tak terguncang meski hanya mendapat peran sebagai teman dekatku.”

***

Bukan Kim Yewon namanya bila ia tidak bersikap gigih untuk meraih apa yang ia mau. Gadis Kim itu bagai terlahir dengan sebuah sifat ambisius yang menyebabkan api semangat selalu berkobar dalam hatinya. Yewon tak pernah sekali pun terlihat bermalas-malasan. SIkap menyerah begitu saja tak ada dalam kamus Yewon. Orang yang mengerjakan sesuatu seadanya tak pernah bisa dimengerti oleh akalnya.

Tak terkecuali untuk peran utama dalam drama ini.

Yewon sadar akan tanggung jawab yang harus ia pikul dengan terpilihnya ia sebagai pemeran utama. Senang memang mendapat dialog yang banyak dan mendapat sorotan hadirin paling lama, tetapi konsekuensinya tidak main-main. Yewon tak diizinkan satu kali pun absen latihan. Dialog yang wajib ia hafalkan cukup banyak. Belum lagi ia harus melatih ekspresi wajah serta artikulasinya agar terlihat natural saat di panggung.

Namun semuanya gadis itu jalani dengan semangat, tanpa ada rasa paksaan sedikit pun.

Tak pernah sekali pun bibir kecilnya mengeluarkan kata keluhan atau gerutuan. Saat yang lain mengeluh akan jam latihan yang makin hari makin lama yang membuat mereka makin tak dapat cepat pulang, Yewon menerima semua keputusan tanpa banyak bicara.

Bahkan tak gadis itu hiraukan kondisi kesehatannya yang kian hari makin memburuk.

Pergi pagi pulang malam menyebabkan sedikit demi sedikit sistem imunnya mengalami gangguan. Cuaca yang akhir-akhir ini buruk membuat virus serta bakteri bekerja dengan giatnya, menyerang pertahanan tubuh setiap makhluk yang sedang dalam keadaan lemah, termasuk Yewon. Gadis Kim itu sadar akhir-akhir ini ia mulai sakit. Badannya panas, tenggorokannya terasa sakit jika menelan, dan ia kerap mengalami pusing.

Sementara hari pementasan drama sudah semakin dekat.

Itulah yang menyebabkan Yewon si gadis keras kepala tak mau disuruh istirahat dan terus melawan kondisi tubuhnya untuk mengikuti latihan. Ia acuhkan segala rasa sakit yang mencoba menyerangnya. Menurut Yewon, yang penting ia sudah meminum vitamin sebagai penambah daya tahan tubuh. Bukankah itu sudah cukup?

“Istirahatlah, Yewon-ah. Biarkan peranmu digantikan oleh Yerin,” demikian nasihat dari guru dramanya.

Hahahaha … Yewon tertawa sinis dalam hatinya. Digantikan? Oleh Yerin? Hah! Jangan pernah barang sekali pun gadis Jung itu bermimpi untuk mendapatkan perannya yang berharga!

***

Hari pementasan pun tiba. Seluruh kru drama berkumpul di ruang kelas Yerin yang mendadak dijadikan ruang rias, lengkap dengan cermin ukuran besar serta berkotak-kotak alat perias wajah serta alat tata rambut.

Di setiap sudut, masing-masing insan sibuk dengan pikirannya. Kebanyakan sedang berusaha menghafalkan naskah bagian mereka. Beberapa lagi sedang sibuk memadamkan rasa gelisah dan nervous yang melanda hati.

Yerin duduk dengan kaki kiri bertopang pada kaki kanan. Gadis Jung itu sedang berusaha mengingat kembali dialog-dialognya, sebelum kemudian pundaknya ditepuk.

Kim Yewon. Dengan senyum tipis dan tangan yang terlipat di depan dada. Ciri khasnya.

“Sedang menghafal?” ujar gadis Kim tersebut.

Yerin hanya mengangguk.

Good luck!” balas Yewon.

Tadinya Yerin ingin mengacuhkan, kembali berkonsentrasi pada kegiatannya menghafal, tetapi wajah Yewon yang pucat tertangkap oleh sudut matanya, membuatnya tangannya bergerak untuk menggenggam pergelangan tangan sahabatnya tersebut.

“Yewon-ah … “ ucap Yerin. “Kau terlihat pucat.”

“Aku? Masa sih?”

“Ya. Amat pucat.”

“Mungkin hanya perasaanmu saja.”

Kekhawatiran Yerin tak dapat ia sembunyikan. Ekspresi wajahnya mengatakan semuanya. “Kau yakin kau kuat? Tak mau digantikan saja?”

Serta merta wajah Yewon pun digantikan ekspresi tidak suka. Ditatapnya Yerin lurus-lurus. “Heh! Kau gila, ya?! Bagaimana bisa mengganti peran seenaknya ketika tinggal satu jam lagi menuju penampilan kita?! Kau pikir menghafalkan script itu mudah, huh?!”

“Bukan begitu, aku hanya – “

“Aku tahu,” Yewon menatap Yerin sinis. “Kau menginginkan peranku, kan? Makanya kau mengajukan pertanyaan seperti itu. Sayang sekali, nona Jung. Buktinya sampai sekarang aku masih diberi kekuatan oleh Tuhan untuk menampilkan peranku. Jangan pernah sekali pun bermimpi untuk mendapatkan peran orang lain. Arachi?”

Tanpa menunggu balasan dari Yerin, Yewon pun berbalik membelakanginya dan meninggalkan tempatnya berpijak, meninggalkan Yerin yang masih belum pulih dari kebingungannya. Ya Tuhan … Gadis itu salah paham. Yerin murni khawatir akan kondisi Yewon. Tak pernah sedikit pun terbesit dalam otaknya untuk merebut peran sahabatnya.

***

Acara pementasan drama berlangsung dengan amat baik. Drama bertema kehidupan dua orang putri di istana berhasil dibawakan dengan sangat apik, membuat setiap pasang mata tak dapat teralih dari panggung pentas. Kelihaian setiap pemeran dalam menyampaikan perannya masing-masing, disertai dengan dekorasi yang unik serta tata cahaya yang memikat pandangan menyebabkan setiap insan yang hadir menikmati pertunjukkan yang disuguhkan.

Tak terasa, drama berdurasi dua puluh menit itu hampir mencapai kesudahannya. Terlihat Yewon dan Yerin yang sedang bercakap-cakap dengan latar sebuah kamar, lengkap dengan tempat tidur ukuran single bed.

Tiba-tiba, tanpa disangka, kelopak mata Yewon terpejam dan tahu-tahu gadis itu jatuh tergeletak. Kepalanya menumbuk lantai panggung.

Setiap hadirin panik. Desas-desus seketika terdengar di penjuru aula. Guru-guru pun mulai panik.

Yerin langsung bertindak. Diangkatnya sahabatnya itu pada lengannya, menggendongnya. Ia mengucapkan beberapa kalimat, seolah ini adalah bagian dari drama. Sesaat kemudian, tirai panggung menutup, diiringi dengan tepuk tangan dari seluruh hadirin.

***

Hari itu juga Yewon dibawa ke rumah sakit. Terdengar kabar bahwa gadis itu rupanya sudah terserang penyakit demam berdarah dan langsung rawat inap. Mengejutkan memang, sekaligus melegakan karena akhirnya kondisi kesehatan Yewon masih dapat tertolong.

Dua hari kemudian Yerin memutuskan untuk menjenguk sahabatnya di rumah sakit. Sepulang sekolah, ia sempat mampir di toko bunga untuk membeli sebuket kecil mawar putih, beserta selembar kartu yang berisi ucapan cepat sembuh.

Sesampainya di rumah sakit, Yerin mengetuk pelan pintu kamar rawat Yewon. Rupanya gadis Kim tersebut sedang asyik menonton televisi.

“Hai,” sapa Yerin.

“Oh. Hai.”

Yerin meletakkan buket bunga bawaannya di pangkuan Yewon. “Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanyanya.

“Membaik,” jawab Yewon dengan sebuah senyum. Senyuman manis nan tulus yang sudah lama tak Yerin lihat. “Hasil tes darahku tadi pagi menunjukkan ada kenaikan pada trombositku. Kalau keadaannya terus membaik, mungkin sekitar tiga hingga empat hari lagi aku bisa pulang ke rumah.”

“Syukurlah.” Yerin tersenyum. “Sepertinya kondisi kesehatanmu benar-benar drop waktu itu.”

Yewon mengangguk, menyetujui perkataan sahabatnya. “Terlalu memaksakan ambisiku. Maafkan sikapku yang sangat menyebalkan waktu itu, ya.”

“Santai saja … “ Yerin mengibaskan tangannya. “Bagaimana pun, kau tetap temanku.”

“Itu yang membuatku makin merasa bersalah,” balas Yewon. “Aku sudah bertindak layaknya gadis bodoh menyebalkan yang keras kepala, bahkan aku sempat menaruh curiga padamu, mengiramu akan mengambil peranku. Kau adalah sahabatku, tetapi saat itu entah kenapa dengan bodohnya aku tidak bisa mempercayaimu. Aku berubah menjadi gadis menjengkelkan, ya kan?”

Kepala Yerin menggeleng. “Sudahlah, diungkit juga tidak ada gunanya.”

Yewon tersenyum tipis.

“Oh ya,” celetuk Yerin. “Aku penasaran. Apa yang kau pikirkan saat kau mendengar kabar kau jatuh pingsan saat tampil di panggung waktu itu?”

“Memalukan,” sahut Yewon. “Tapi kupikir itu adalah sebuah keajaiban.”

“Keajaiban?”

Yup. Semacam peringatan untukku yang terlalu kelas kepala dan tidak memedulikan kondisi kesehatanku. Mungkin juga sebuah teguran agar aku memperbaiki kebodohanku terhadap orang-orang terdekatku.”

“Maafkan aku, Jung Yerin,” lanjut Yewon. “Aku yang bersikap bodoh, mengacuhkanmu, mencurigaimu, aku minta maaf.” Yewon mengulurkan tangannya.

Yerin menyambut uluran tangan Yewon, menggenggamnya erat. “Jadi, kita berdamai sekarang?”

Yewon mengangguk.

“Lain kali perhatikan juga kondisi fisikmu, Nona Kim. Kalau bukan aku yang saat itu ada di scene yang sama denganmu, apa mereka juga akan berinisiatif untuk berlakon seolah-olah itu ada di dalam skrip?” gurau Yerin, membuat Yewon menyengir.

Kim Yewon akhirnya sadar jika terlalu ambisius dalam satu hal, akan ada banyak hal lainnya yang mungkin akan berakhir buruk. It’s not about who you are, it’s not about what power you have.

“Jangan menjadi anak yang sombong hanya karena kau merasa lebih mahir daripada yang lain.” – Kim Yewon

FIN

Dengan kaitkata , ,

1 thoughts on “[GFriendnesia 2nd EVENT BIRTHDAY LINE] Rival

  1. Gecee berkata:

    Reblogged this on IMAGINATION.

    Suka

Let's talk buddies~